-
Mahasiswa
diharapkan memahami prinsip titrasi permanganometri
-
Mahasiswa dapat
menentukan kadar besi dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri
II. Teori dasar
Biji besi yang utama
adalah oksida atau oksida terhidrasi, yaitu hematite (Fe2O3),
magnetit (Fe3O4), geofit (Fe2O3.3H2O)
dan limonit (2Fe2O3.3H2O). selain itu juga
terdapat karbonat, yaitu siderite (FeCO3), dan Pirit (FeS2). Untuk analisa
besi dalam mineral tersebut , harus dilarutkan dengan pelarut asam terlebih
dahulu. Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih ini adalah asam klorida.
Hampir sebagian besar oksida terhidrasi mudah larut ketika dilarutkan dengan pelarut
asam tersebut, tetapi magnetic dan hematite melarut agak lambat. Penambahan
timah (II) klorida membantu dalam melarutkan oksida-oksida terhidrasi ini.
Salah satu metoda yang
digunakan untuk analisis kadar besi dalam suatu sampel adalah titrasi
permanganometri. Pada metode ini digunakan KMnO4 sebagai pentiternya
dan juga sebagai indikatornya sehingga disebut autoindikator.
Penetapan kadar zat dalam praktek ini
berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal
ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan
penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4
dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan
MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama,
yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara
mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya
pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat
dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi
dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume
titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 (anonim, 2009.d).
Pada permanganometri
titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah
diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat
encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama
seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang
jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.
a.
Kalium
Permanganat
Kalium
permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah,
tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan yang amat
encer. Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah muda yang jelas
pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna
ini digunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Kelemahannya adalah
dalam medium HCL. Cl-dapat teroksidasi, demikian juga larutannya,
memiliki kestabilan yang terbatas.
Reaksi
yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam
larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:
MnO4- +
8H+ + 5e ? Mn2+ + 4H2O E° = +1,51 V
Permanganat
mengalami reaksi kimia yang bermacam-macam, karena mangan dapat berada dalam
keadaan-keadaan oksidasi +2, +3, +4, +5, +6, +7. Untuk reaksi yang berlangsung
dalam larutan yang asam akan terjadi reaksi :
MnO4 -+ 8H+ + 5e <=> Mn 2++
4H2O
Sedangkan untuk reaksi dalam larutan
berasam rendah :
MnO4 -+ 8H+
+ 3e <=> MnO2 +
2H2O
Reaksi yang paling banyak digunakan
adalah reaksi pada larutan yang sangat asam, dimana permanganat bereaksi dengan
sangat cepat.
Titrasi permanganometri
adalah proses titrasi dimana garam kalium permanganat (KMnO4)
digunakan sebagai zat standard. Karena kalium permanganat (KMnO4)
tidak murni, banyak mengandung oksidanya (MnO dan Mn2O3),
maka zat tersebut bukan merupakan standard primer melainkan zat standard
sekunder sehingga larutannya harus distandarisasi dengan zat standard primer.
Standarisasi dapat dilakukan dengan beberapa reduktor, seperti : As2O3,
Fe, Na2C2O4, H2C2O4.2H2O,
KHC2O4, K4{Fe(CN)6}, Fe(NH4)2(SO4)2.
Reaksi
reduksi ion permanganat (MnO4 -) tergantung pada suasana
larutan. Dalam suasana asam ion permanganat (MnO4 -) yang
berwarna ungu mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang tidak berwarna
menurut reaksi :
MnO4
- + 8H+ + 5e-
® Mn2+ + 4H2O
Dalam suasana asam ini dapat digunakan untuk
menentukan secara langsung berbagai macam kation maupun anion, antara lain :
Kation
/ anion Hasil oksidasi
Fe2+,
Sn2+, VO2+, H2O2 Fe3+,
Sn4+, VO3 -, O2
Mo3+,
As3+, Ti3+, U4+ Mo3+, As3+, Ti3+,
U4+
C2O4
2-, NO2 -, SO3 2- CO2, NO3
-, SO4 2-
Sedangkan secara tidak langsung, melalui penambahan
reduktor berlebih dapat digunakan untuk menentukan : MnO4 -,
Cr2O7 2-, Ce4+, MnO2, Mn3O4,
PbO2, Pb2O3, dan Pb3O4.
Dalam suasana netral dan basa, MnO4 -
mengalami reduksi menjadi endapan
MnO2 yang berwarna hitam, menurut reaksi :
MnO4 - + 2H2O + 3e- ® MnO2 +
4OH-
Zat-zat yang dapat ditentukan secara permanganometri
dalam suasana netral dan basa ini antara lain garam-garam Mn(II), asam format,
dan garam format.
Pada proses titrasi permanganometri tidak perlu
ditambahkan indikator untuk mengatahui terjadinya titik ekivalen, karena MnO4
- yang berwarna ungu dapat berfungsi sebagai indikator sendiri
( auto indicator ).
b.
Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian
yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar primer. Unsur ini larut dalam asam
klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi selama proses pelarutan
direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh permanganate
berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi,
oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi
yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4
dalam larutan asam klorida.
Sebuah
larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan
“pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam
larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganate. Asam
fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah
kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga
menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media
klorida.
III. Prosedur Kerja
a. Alat b.
Bahan
- Buret
50 ml -
sampel
-
Erlemeyer 125 ml - H2SO4 (1:8)
- Hot
Plate - KMnO4 0,1 N
- Pipet
takar 25 ml - H2C2O4.2H2O
- Pipet
gondok 10 ml - H3PO4 pekat
- Gelas
ukur 25 ml
c. Cara kerja
- Percobaan A ( Standarisasi larutan kalium
permanganate dengan asam oksalat )
1.
Asam oksalat diambil sebanyak 0,03-0,04 gr, dan dimasukkan kedalam erlemeyer 125 ml. Setelah itu ditambahkan 15
ml aquades sampai larut.
2.
Asam sulfat (1:8) sebanyak 15 ml ditambahkan ke dalam erlemeyer yang berisi
Asam Oksalat.
3.
Erlemeyer yang berisi campuran itu dipanaskan sampai hampir mendidih (70-80o
C).
4.
Dalam keadaan panas dilakukakan titrasi dengan larutan KMnO4 sampai
timbul warna merah muda, yang tidak hilang pada pengocokkan selanjutnya.
5. Kemolaran
larutan kalium permanganate dapat ditentukan.
-
Percobaan B
(Penentuan konsentrasi Fe2+)
1.
10 ml larutan
sampel besi dimasukkan ke dalam erlemeyer.
2.
Asam Sulfat
(1:8) sebanyak 10 ml dan H3PO4 pekat sebanyak 1 ml
ditambahkan ke dalam erlemeyer.
3.
Campuran
tersebut dititrasi dengan larutan KMnO4 yang konsentrasinya telah
ditentukan.
4.
Konsentrasi besi
dalam sampet dapat dihitung.
IV.
Data Percobaan
Percobaan
|
Perlakuan
|
Hasil pengamatan
Dengan penambahan
KMnO4
|
Reaksi Akhir
|
|
Sebelum
|
Setelah
|
|||
A
|
0,035 gr H2C2O4
. 2H2O
+ 15 ml H2SO4 dan dipanaskan (t=70-80°C
)
|
Bewarna bening
|
Bewarna
merah muda ketika Volume KMnO4 terpakai 3,3 ml
|
16H+ +
5C2O42- + 2MnO4- -->
10CO2+2Mn2++8H2O |
B
|
10 ml Fe2+ + 10 ml H2SO4
+ 1 ml H3PO4
|
Bewarna Kuning
|
Warna
kuning menghilang ketika Volume KMnO4 1,1 ml
|
8H+
+ 5Fe2+ + MnO4 - -->
5Fe3+
+ Mn2+ + 4H2O
|
V. Pembahasan
1.
Standarisasi
larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan larutan asam oksalat (H2C2O4
. 2H2O).
Mula-mula
0,035 ml H2C2O4 . 2H2O ditambahkan
dengan 15 mL larutan asam sulfat (H2SO4) dan dipanaskan
sampai suhu 70-80°C pada saat ini larutan tidak berwarna
(bening). Setelah dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4)
menghasilkan larutan yang bewarna merah muda ketika volume KMnO4 yang
terpakai 3,3 ml. Dan pada saat itu titrasi harus dihentikan, karena ketika awal
perubahan warna menjadi merah muda, berarti telah mencapai titik ekivalen.
Dari data percobaan,
Diketahui:
- massa H2C2O4 . 2H2O (Mr: 126) =
0,035 gr
-Volume KMnO4 yang
terpakai = 3,3 ml = 3,3 x 10-3 L
Reaksi:
16H+
+ 5C2O42- + 2MnO4-
--> 10CO2+2Mn2++8H2O
Sehingga,
Mol H2C2O4
. 2H2O = 0,035 gr : 126 gr/mol = 0,000278 mol
Maka, mol KMnO4 = 2/5 x
0,000278 mol = 0,00011 mol
Sehingga didapat, M KMnO4
= 0,00011 mol /3,3
x 10-3 liter = 0,033 M
Jadi, konsentrasi KMnO4
adalah 0,033 M
2.
Menentukan
konsentrasi Fe2+
Mula-mula 10 ml larutan
sampel besi ditambahkan 10 ml H2SO4 (1:8) dan 1 ml H3PO4
pekat. Pada keadaan awal ini campuran berwarna kuning. Setelah dititrasi dengan
larutan kalium permanganat (KMnO4) yang telah ditentukan
konsentrasinya, warna kuning menghilang ketika volume KMnO4 yang terpakai 1,1 ml. Dan pada saat itu
titrasi harus dihentikan, karena ketika warna kuning menghilang, ini
menunjukkan telah mencapai titik ekivalen.
Dari data percobaan,
Diketahui: -volume KMnO4 yang
terpakai = 1,1 ml =1,1 x 10-3 L
-volume Fe2+ = 10 ml
-volume Fe2+ = 10 ml
Reaksi
8H+
+ 5Fe2+ + MnO4 - --> 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Sehingga,
Mol KMnO4 = 0,033 M x 1,1
x 10-3 L
= 0,0363 x 10-3 mol
= 0,0363 x 10-3 mol
Maka, mol Fe2+ = 5 x 0,0363 x 10-3 mol =
0,1815 mmol
[Fe2+] = 0,1815 mmol/10 ml = 0,01815 M
Dan, massa besi =
0,1815 mmol x 56 gr.mol-1 = 10,164 mg
Jadi konsentrasi besi dalam sampel
adalah 0,01815 M
VI. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip
titrasi permanganometri ini adalah berdasarkan reaksi oksidaasi dan reduksi.
Ini dikarenakantitrasi permanganometri ini merupakan bagian dari titrasi
redoksometri.
2. Larutan
kalium permanganat (KMnO4) adalah merupakan larutan standard
sekunder karenanya harus dititrasi dengan larutan standard primer yaitu asam
oksalat (H2C2O4 . 2H2O).
3.
Standarisasi larutan kalium permanganat
(KMnO4) dengan menggunakan larutan asam oksalat (H2C2O4
. 2H2O) didapatkan harga molaritas KMnO4 sebesar 0,033
M.
4. Kadar
besi dapat dihitung dari hasil titrasi larutan sampel besi dengan larutan
permanganate (KMnO4) yang konsentrasinya telah ditentukan
sebelumnya. Dari hasil titrasi ini di dapat kadar besi dalam sampel sebanyak 0,01815 M.
b. Saran
-
Dalam titrasi permanganometri atau titrasi yang lain sangat dibutuhkan
ketelitian dari kita untuk melihat perubahan warna yang terjadi.
-
Seabaiknya ketika titrasi sedang berlangsung, tidak mengarahkan erlemeyer ke
hadapan rekan kerja kita, karena akan fatal dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Iryani dan Edi Nasra .
2011 . Penuntun Pratikum Kimia Dasar 2
. Padang
Asyikk,,, Semangat agan anggi,,, kwowkow
BalasHapushahahahahaha
BalasHapushanya ingin memberikan apa yang telah ku dapatkan diperkuliahan