Sejarah pertambangan dan energi di Indonesia dimulai dengan kegiatan pertambangan yang dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan seizin penguasa setempat. seperti, Raja, ataupun Sultan.
Pada tahun 1602 Pemerintah Belanda membentuk VOC , mereka selain
menjual rempah-rempah juga mulai melakukan perdagangan hasil
pertambangan, pada tahun 1652 mulailah dilakukan penyelidikan berbagai
aspek ilmu kealaman oleh para ilmuwan dari Eropa. Pada tahun 1850
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dienst van het Mijnwezen
(Mijnwezenn-Dinas Pertambangan) yang berkedudukan di Batavia untuk lebih
mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan menjadi lebih
terarah.
Menjelang tahun 1920, sesuai dengan rencana Pemerintah Hindia Belanda
menjadikan Bandung sebagai ibukota Hindia Belanda, maka dilakukan
persiapan untuk memindahkan kantor Mijnwezen ke Bandung. Departement Burgerlijke Openbare Werken
(Departemen Pekerjaan Umum) yang membawahi Mijnwezen dan menempati
Gedung Sate. Pada tahun 1922, lembaga Mijnwezen ini berganti nama
menjadi Dienst van den Mijnbouw.
Pada Tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun gedung Geologisch Laboratorium yang terletak di jalan Wilhelmina Boulevard untuk kantor Dienst van den Mijnbouw dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. selanjutnya gedung ini dipergunakan untuk penyelenggaraan sebagian dari acara Pacific Science Congress ke IV. Gedung ini sekarang bernama Museum Geologi, yang berlamat di jalan Diponegoro No. 57 Bandung.
Selama Perang Dunia ke II, kerap dipergunakan sebagai tempat pendidikan Assistent Geologen Cursus (Kursus
Asisten Geologi), dengan peserta hanya beberapa orang saja diantaranya,
Raden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut. Dua orang peserta
pribumi itulah yang kemudian menjadi pegawai menengah pertama di kantor
Mijnbouw sejak tahun 1941 yang dikemudian hari menjadi tokoh perjuangan
dalam membangun kelembagaaan tambang dan geologi nasional.
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Mijnbouw dengan segala
sarana dan dokunennya diambilalih oleh Jepang dan namanya diganti
menjadi Chisitsu Chosasho. Kantor Chisitsu Chosasho tidak dapat berbuat
banyak karena ketiadaan tenaga ahli dan anggaran. Tenaga aWl Belanda
pada awalnya masih dipertahankan tetapi kemudian diinternir, kecuali
mereka yang diperlukan oleh Jepang.
Proklamasi Kernerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agurus 1945
mengantarkan perubahan yang sangat besar di segala bidang, termasuk
bidang pertambangan. Setelah disiarkan melalui radio. berita tentang
proklamasi dapat diterima secara luas oleh masyarakat di seluruh
Indonesia. Pegawai pribumi di kantor Chisitsu Chosasho yang sebagian
besar masih muda, menerima berita itu dan mereka langsung mempersiapkan
diri untuk mengambil Iangkah yang diperlukan.
Pada tanggal 25 September 1945 keluarlah pengumuman dan Pemerintah
Pusat yang menyatakan bahwa semua pegawai negeri adalah pegawai
Republik. Indonesia dan wajib menjalankan perintah dari Pemerlntah
Republik Indonesia. Dengan mengacu kepada perintah Pemerintah Pusat itu
Komite Nasional Indonesia Kota Bandung yang baru terbentuk, pada tanggal
27 September 1945 malam mengumumkan lewat radio agar keesokan harinya
semua kantor dan perusahaan yang ada di Bandung diambil alih dari
kekuasaan Jepang. .
Pada hari Jumat pukuI 11.00 tanggal 28 September 1945, sekelompok
pegawai muda di kantor Chisitsu Chosasho pun bertindak, mereka
dipe1opori oleh Raden Ali Tirtosoewirjo. A.F. Lasut. R. Soenoe
Soemosoesastro dan Sjamsoe M. Bahroem yang mengambil alih dengan paksa
kantor Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang, dan sejak saat itu nama
kantor diubah menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi.
Keesokan harinya dibentuk Dewan Pimpinan Kantor yang terdiri dari
tujuh orang, dan Raden Ali Tirtosoewirjo ditunjuk sebagai pimpinannya.
Selang beberapa hari terjadi pergantian pimpinan, R. Soenoe
Soemosoesastro yang semula menjabat sebagai wakil pimpinan. diangkat
menjadi pimpinan dan A. F. Lasut sebagai wakilnya. Beberapa minggu
kemudian, terjadi lagi pergantian pimpinan A. F. Lasut diangkat sebagai
Kepala Poesat Djawatan dan R. Soenoe Soemosoesastro sebagai Kepala
Bagian Geologi. Sebagai pimpinan. A.F. Lasut pada tanggal 20 Oktober
1945 mengeluarkan pengumuman yang pertama bahwa semua perusahaan
pertambangan ditempatkan di bawah pengawasan Poesat Djawatan Tambang dan
Geologi.
Tiga bulan kemudian, pada tanggal 12 Desember 1945. sebagian kantor
Poesat Djawatan Tambang dan Geologi, dipindahkan ke gedung Onderling
Belang, di J1. Braga No.3 dan No. 8. Bandung. karena terdesak oleh
datangnya pasukan Belanda bersama pasukan Sekutu. Kantor Poesat
Djiawatan Tambang dan Geologi pun diduduki oleh pasukan Belanda.
Akibat serangan pasukan Belanda yang semakin gencar, pada tanggal 23
Maret 1946 kegiatan Poesat Djawatan Tarnbang dan Geologi pindah dari
Bandung ke Tasikmalaya, kemudian ke Mage1ang, dan Tirtomoyo. Sedangkan
yang masih tinggal di Tasikmalaya, pada tanggal 6 Desember 1946 menyusul
mereka yang lebih dahulu mengungsi ke Jawa Tengah. Keterbatasan dalam
sarana kerja, memaksa Pimpinan Djawatan untuk memencarkan para pegawai
ke berbagai tempat. Sebagian ditempatkan di Borobudur, Muntilan, Dukun,
dan Srumbung di kaki Gunung Merapi. Untuk memudahkan hubungan dan
menghimpun kembali para pegawai itu. maka terbitlah Surat Kepumsan
Menteri Muda Kemakmuran NO.902/T.O/J.O tanggal 20 Nopember 1947, yang
memerintahkan agar Kantor Poesat Djawatan Tambang dan Geologi dan
bagian-bagiannya pindah ke beberapa tempat di Yogyakarta.
Selama perang kemerdekaan. Desember 1945 – Desember 1949, kantor
Poesat Djawatan Tambang dan Geologi dalam pengungsian dan
berpindah-pindah. Untuk mengembangkan Poesat Djawatan Tambang dan
Geologi, A.F. Lasut bersama dengan R. Soenoe Soemosoesastro membuka
Sekolah Pertambangan-Geologi Tinggi (SPGT), Sekolah Pertambangan-Geologi
Menengah (SPGM), dan Sekolah Pertambangan-Geologi Pertama (SPGP).
A.F. Lasut sebagai orang muda memiliki sifat tegas, menolak
bekerjasama dengan Belanda. Pada waktu Yogyakarta diduduki pasukan
Belanda itulah AF. Lasut pada pagi han tanggal 7 Mer 1949 diculik oleh
pasukan Belanda dari Tijger Brigade dari kediamannya di Pugeran, dibawa
dengan jip ke arah Kaliurang, dan kemudian dibunuh di daerah Sekip. yang
sekarang masuk lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada. Dan atas
jasa-jasanya, A.F. Lasut kemudian dianugerahi ge1ar Pah1awan Kemerdekaan
Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No_ 012/TK/Tahun
1969 tanggal 20 Mei 1969. Dengan ditetapkannya A.F. Lasut sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Nasional, maka memperkuat landasan bahwa
pengambilalihan kantor Chisitsu Chosasho pada tanggal 28 September 1945
merupakan peristiwa heroik yang penting bagi sektor pertambangan dan
energi. Pada tanggal 28 September 1945. juga terjadi pengambilalihan
kantor Jawa Denki Koza (Perusahaan Listrik Jawa) secara paksa oleh para
pemuda.
Dalam menetapkan Hari Jadi Penambangan dan Energi, Menteri ESDM
menerbitkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1319
K/73/MEM/2006 tentang Tim Penyusunan Buku Sejarah Pertambangan dan
Energi kemudian diperbaharui dengan Keputusan No. 0147 K/73/MEM/200R
tanggal 14 Februari 2008.
Setelah tim melakukan kajian di sektor Pertambangan dan Energi
ditemukan beberapa hal penting, yaitu: pertama. 28 September 1945,
kedua, 7 Mei 1949, ketiga, 22 Februari 1952, keempat, 14 Oktrober 1960,
kelima, 2 Desember 1967, keenam, 27 Oktober 1945, ketujuh, 3 Oktober
1953, kedelapan, 5 Oktober 1945, kesembilan, 26 Oktober 1960 (peristiwa
pada semua tanggal tersebut termuat dalam Buku Sejarah Pertambangan dan
Energi).
Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi diputuskan dalam Rapat
Pimpinan (Rapim) DESDM yang berlangsung pada tanggal 1 Nopember 2007 di
Badan Geologi Bandung. diikuti oleh para Pejabat Eselon I dan II DESDM
dipimpin oleh Menteri Energi dan Surnber Daya Mineral.
Berdasarkan hasil penetapan tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral menyampaikan surat kepada Presiden No. 1349/04/ME~LS/2008
tanggal 26 Pebruari 2008 mengusulkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi
untuk ditetapkan dalam Keputusan Presiden. Selanjutnya dengan Keputusan
Presiden Repub1ik Indonesia Nomor 22 tahun 2008 tanggal 27 September
2008 ditetapkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi adalah tanggal 28
September.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar